Tak ada dikotomi (pemisahan) ilmu pengetahuan (kecuali ilmu sihir).

Senin, 24 Mei 2021

PTK - PENELITIAN TINDAKAN KELAS

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 

Penelitian tindakan merupakan intervensi  praktik dunia nyata yang ditujukan untuk meningkatkan situasi praktis (Suwarsih Madya, 2007). Penelitian Tindakan (PT) adalah penelitian yang dilakukan secara kolaboratif oleh partisipan dalam ilmu sosial dan pendidikan untuk memperbaiki pemahaman dari pelaksanaan pekerjaannya sendiri, serta kondisi dan juga membawa dampak pada lingkungan di sekitarnya (Badrun KW, 2001). 

Penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru di kelas yang ditujukan untuk meningkatkan situasi pembelajaran disebut Penelitian Tindakan Kelas, sering disingkat dengan PTK. PTK dilaksanakan untuk mengubah perilaku pengajaran guru, perilaku murid-murid di kelas, dan/atau mengubah kerangka kerja melaksanakan pembelajaran kelas. PTK penting dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sekaligus ketrampilan profesioanal guru (Wiraatmaja, 2005: 42).  PTK merupakan salah cara inovasi guru dalam menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran secara cermat dan terkendali. PTK akan memberi berbagai dampak positif berupa meningkatnya kemampuan guru dalam menyelesaikan masalah pembelajaran dan meningkatnya kualitas masukan, proses, dan hasil belajar sebagai dampak meningkatnya kemampuan penyelesaian masalah pembelajaran. 

PTK merupakan jenis penelitian kualitatif-deskriptif yang melibatkan guru sebagai pengajar sekaligus sebagai peneliti dengan menitik beratkan pada penyelesaian permasalahan pembelajaran yang dialami guru sehari-hari di sekolah. Akhir-akhir ini PTK semakin mendapat perhatian para pakar dan praktisi pendidikan baik di negara maju maupun negara berkembang. Jenis penelitian ini telah dirasakan mampu menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih berdampak langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam pengelolaan pembelajaran di kelas atau peningkatan berbagai program sekolah.

PTK bukan termasuk jenis penelitian baru. Penelitian ini sudah mulai berkembang sejak perang dunia kedua, dengan demikian, definisi yang berkembang sampai saat ini sangat variatif. Berikut ini beberapa definisi yang dicetuskan oleh para ahli: 

a. The First International Handbook of Action Research for Indonesian  Educators (Basrowi & Suwandi, 2008): Penelitian Tindikan Kelas adalah bentuk partisipasi, kolaborasi terhadap penelitian tentang pendidikan yang dilakukan di sekolah dan di ruang kelas oleh sekelompok guru, kepala sekolah, dan karyawan yang bertindak sebagai fasilitator, dalam rangka memperoleh pandangan dan pemahaman baru tetang belajar mengajar untuk peningkatan sekolah secara menyeluruh. 

b. Ebbuts (dalam Basrowi & Suwandi, 2008): Penelitian Tindakan Kelas merupakan studi yang sitematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan-tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut. 

c. Kemmis & McTaggart (1992): Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu proses yang dinamis dimana keempat aspek (perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi) harus dipahami bukan sebagai langkahlangkah statis, terselesaikan dengan sendirinya, tetapi lebih merupakan momen-momen dalam bentuk spiral yang menyangkut perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik suatu definisi operasional dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yakni sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas praktek pembelajaran. Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa kegitan ini merupakan suatu bentuk penelitian, yang harus mengikuti prosedur ilmiah dalam perencanaan, pelaksanaan dan analisisnya. Permasalahan yang dikaji adalah permasalahan guru itu sendiri melalui hasil refleksi dan tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki kualitas praktik pembelajaran di kelas. Metodologi dalam Penelitian Tindakan Kelas bersifat 

(a) inovatif, yaitu penerapan dan/atau penemuan model, metode, strategi, teknik, sarana pembelajaran, sistem penilaian yang lebih baik untuk menyelesaikan masalah  pembelajaran; 

(b) kolaboratif, yaitu melibatkan teman sejawat atau dosen dari perencanaan sampai penyusunan laporan; 

(c) reflektif, yaitu refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran secara terus menerus; dan 

(d) siklusistis, yaitu mengikuti daur yang berulang sampai permasalahan pembelajaran dapat teratasi secara baik.


2. Manfaat  Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi guru memiliki beberapa manfaat. Secara umum manfaat dari PTK, antara lain, untuk:

a. Meningkatkan kualitas pembelajaran. 
Tujuan dari setiap pembelajaran adalah untuk meningkatkan kualitas proses maupun hasil. Melalui kegiatan Penelitian Tindakan Kelas yang dirancang dengan baik, guru akan mampu meningkatkan kualitas pembelajarannya yang akan bermanfaat untuk dirinya sendiri, untuk siswa dan juga untuk teman  sejawat.  

b. Meningkatkan profesionalisme guru. 
Tuntutan guru masa depan adalah guru yang memiliki profesionalisme dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar. Guru profesional tidak hanya memiliki kompetensi pedagogis, kompetensi profesional (akademis), kompetensi sosial dan komptensi kepribadian tetapi juga dituntut untuk mampu melihat, menilai, dan memperbaiki kinerjanya sendiri terkait dengan kegiatan pembelajaran yang dikelolanya. Dengan melakukan kajiankajian yang menghasilkan Penelitian Tindakan Kelas, guru terlatih untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik dan selalu terpancing untuk melakukan perubahan-perubahan menuju arah guru yang profesional. Dengan Penelitian Tindakan Kelas guru mampu mengenali kelemahan dan kekuatannya dan mampu mengembangkan alternatif untuk 
mengatasi kelemahannya. Kemudian ia belajar dari tindakan yang dilakukan untuk mengadakan perbaikan dan tindak lanjut. 

c. Meningkatkan rasa percaya diri guru. 
Terkait dengan penjelasan di atas bahwa Penelitian Tindakan Kelas mampu meningkatkan profesionalisme, konsekuensinya adalah Penelitian Tindakan Kelas juga mampu
menumbuhkan rasa percaya diri. Penelitian Tindakan Kelas menunut kejujuran dari guru sebagai peneliti dalam hal mengakui kelemahan dirinya dalam melaksanakan pembelajaran. Sebelum melakukan Penelitian Tindakan Kelas, guru harus melakukan refleksi terhadap pembelajarannya untuk menentukan kekuatan  yang perlu dipertahankan dan ditingkatkan dan kelemahan yang perlu dicarikan solusinya ke arah perbaikan. Rasa percaya diri tumbuh manakala guru mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi melalui Penelitian Tindakan Kelas. Lebih-lebih kalau hasil Penelitian Tindakan Kelas ini berhasil dipublikasikan dan dibaca oleh teman seprofesi.  

d. Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan guru secara aktif dan berkesinambungan. 
Sebagai guru profsional, tidaklah cukup hanya menerima pembaharuan pembelajaran dari orang lain. Guru juga perlu melakukan inovasi dalam pembelajarannya dan menemukan solusi terhadap permasalahan pembelajarannya. Ada kecenderungan bahwa keberhasilan satu inovasi akan menggugah inovasi yang lain. Dari inovasiinovasi inilah yang akan memunculkan teori-teori yang lebih dikenal dengan istilah theorizing by practioners, yang membangun sendiri pengetahuan (self-constructed knowledge) berupa personal theory atau theory-in-use (Raka Joni, Kardiawarman, & Hadisubroto, 1998).
 
Sementara itu, secara khusus Penelitian Tindakan Kelas bermanfaat untuk:
(a) meningkatkan inovasi guru dalam pembelajaran; 
(b) menumbuhkan kebiasaan menulis; 
(c) menumbuhkan kemampuan analitis dan ilmiah; dan
(d) menumbuhkembangkan budaya meneliti. Selain manfaat untuk guru yang disebutkan di atas, PTK juga bermanfaat untuk siswa dan sekolah. 
 

3. Sasaran PTK 

Suharsimi (2002, dalam Kemdiknas 2010) menjelaskan PTK melalui gabungan definisi dari tiga kata yaitu “Penelitian” + “Tindakan“ + “Kelas”. Makna setiap kata tersebut adalah sebagai berikut. 
(1) Penelitian; kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam memecahkan
suatu masalah. 
(2) Tindakan; sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Tindakan yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu rangkaian siklus kegiatan. 
(3) Kelas; sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Siswa yang belajar tidak hanya terbatas dalam sebuah ruangan kelas saja, tetapi juga ketika siswa sedang melakukan karyawisata, praktikum di laboratorium, atau belajar tempat lain di bawah arahan guru.  

Berdasarkan pengertian di atas, komponen yang terdapat dalam sebuah kelas yang dapat dijadikan sasaran PTK adalah sebagai berikut.. 
 
a. Siswa, dapat dicermati obyeknya ketika siswa sedang mengikuti proses pembelajaran. Contoh permasalahan tentang siswa yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain perilaku disiplin siswa, motivasi atau semangat belajar siswa, keterampilan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah dan lain-lain.  

b. Guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar atau membimbing siswa. Contoh permasalahan tentang guru yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain penggunaan metode atau strategi pembelajaran, penggunaan pendekatan pembelajaran, dan sebagainya.  
 
c. Materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau menyajikan materi pelajaran yang ditugaskan pada siswa. Contoh permasalahan tentang materi yang dapat menjadi sasaran PTK misalnya urutan dalam penyajian materi, pengorganisasian materi, integrasi materi, dan lain sebagainya.   
 
d. Peralatan atau sarana pendidikan, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar dangan menggunakan peralatan atau sarana pendidikan tertentu. Contoh permasalahan tentang peralatan atau sarana pendidikan yang dapatmenjadi sasaran PTK antara lain pemanfaatan laboratorium, penggunaan media pembelajaran, dan penggunaan sumber belajar.  

e. Hasil pembelajaran yang ditinjau dari tiga ranah (kognitif, afektif, psikomotorik), merupakan produk yang harus ditingkatkan melalui PTK. Hasil pembelajaran akan terkait dengan tindakan yang dilakukan serta unsur lain dalam proses pembelajaran seperti  metode, media, guru, atau perilaku belajar siswa itu sendiri.  

f. Lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang lingkungan siswa di rumah. Dalam PTK, bentuk perlakuan atautindakan yang dilakukan adalah mengubah kondisi lingkungan menjadi lebih kondusif misalnya melalui penataan ruang kelas, penataan lingkungan sekolah, dan tindakan lainnya. 
  
g. Pengelolaan, merupakan kegiatan dapat diatur/direkayasa dengan bentuk tindakan. Contoh permasalahan tentang pengelolaan yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain pengelompokan siswa, pengaturan jadwal pelajaran, pengaturan tempat duduk siswa, penataan ruang kelas, dan lain sebagainya.

4. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 

Terdapat sejumlah karakteristik yang merupakan keunikan PTK
dibandingkan dengan penelitian pada umumnya,  antara lain sebagai berikut (Kemdiknas, 2010). 

a. PTK merupakan kegiatan yang tidak saja berupaya memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiah atas pemecahan masalah tersebut.   

b. PTK merupakan bagian penting upaya pengembangan profesi guru melalui aktivitas berpikir kritis dan sistematis serta membelajarkan guru untuk menulis dan membuat catatan. 
 
c. Persoalahan yang dipermasalahkan dalam PTK bukan dihasilkan dari kajian teoretik atau dan penelitian terdahulu, tetapi berasal dari adanya permasalahan nyata dan aktual (yang terjadi saat ini) dalam pembelajaran di kelas. PTK berfokus pada pemecahan masalah praktis bukan masalah teoretis.  

d. PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan tajam mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.  

e. Adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru dan kepala sekolah) dengan peneliti dalam hal pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tentang tindakan (action).  

f. PTK dilakukan hanya apabila; ada keputusan kelompok dan komitmen untuk pengembangan; bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru; alasan pokok ingin tahu, ingin membantu, ingin meningkatkan; dan bertujuan memperoleh pengetahuan dan atau sebagai upaya pemecahan masalah.   

PTK dapat dilakukan secara kolaboratif, baik sesama guru, guru-dosen, guruwidyaiswara, ataupun guru-peneliti lain. Sebagai penelitian yang bersifat kolaboratif, harus secara jelas diketahui peranan dan tugas guru dengan peneliti. Dalam PTK kolaboratif, kedudukan peneliti setara dengan guru, dalam arti masing-masing mempunyai peran serta tanggung jawab yang saling membutuhkan dan saling melengkapi. Peran kolaborasi turut menentukan keberhasilan PTK terutama pada kegiatan mendiagnosis masalah, merencanakan tindakan, melaksanakan penelitian (tindakan, observasi, merekam data, evaluasi, dan refleksi), menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan hasil. 

Sering terjadi PTK dilaksanakan sendiri oleh guru. Guru melakukan PTK tanpa kerjasama dengan peneliti. Dalam hal ini guru berperan sebagai peneliti sekaligus sebagai praktisi pembelajaran. Guru profesional seharusnya mampu mengajar sekaligus meneliti. Dalam keadaan seperti ini, maka guru melakukan pengamatan terhadap diri sendiri ketika sedang melakukan tindakan (Suharsimi, 2002). Untuk itu guru harus mampu melakukan pengamatan diri secara obyektif agar kelemahan yang terjadi dapat terlihat dengan wajar. Melalui PTK, guru sebagai peneliti dapat: mengkaji/ meneliti sendiri praktik pembelajarannya; melakukan PTK dengan tanpa mengganggu tugasnya; mengkaji permasalahan yang dialami dan yang sangat dipahami; dan melakukan kegiatan guna mengembangkan profesionalismenya. 

Dalam praktiknya, boleh saja guru melakukan PTK tanpa kolaborasi dengan peneliti. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa PTK yang dilakukan oleh guru tanpa kolaborasi dengan peneliti mempunyai kelemahan karena para praktisi umumnya (dalam hal ini adalah guru) kurang akrab dengan teknik-teknik dasar penelitian. Di samping itu,  guru pada umumnya tidak memiliki waktu untuk melakukan penelitian sehubungan dengan padatnya kegiatan pengajaran yang dilakukan. Akibatnya, hasil PTK menjadi kurang memenuhi kriteria validitas metodologi ilmiah. Dalam konteks kegiatan pengawasan sekolah, seorang pengawas sekolah dapat berperan sebagai kolaborator bagi guru dalam melaksanakan PTK

Ciri-ciri PTK yang sekaligus membedakan antara PTK dan non-PTK adalah antara lain (1) an inquiry from within, (b) self-reflective inquiry, (c) fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran, dan (d) bertujuan memperbaiki pembelajaran (PGSM, 1999; Wardhani & Wihardit, 2007). Secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Berawal dari kerisauan guru akan kinerjanya (an inquiry from within). 
Kegiatan PTK merupakan kegiatan yang benar-benar berangkat dari permasalahan-permasalahan praktis guru dalam mengelola pembelajaran di kelas. PTK bersifat practice-driven dan action-driven, yaitu PTK dipicu oleh praktik pembelajaran dan secara langsung diselesaikan saat itu juga. Artinya, PTK memusatkan perhatian pada permasalahan spesifikkontekstual sehingga mengabaikan generalisasi hasil karena memang subyek yang diteliti bukan merupakan sampel..
 
b. Metode utama adalah refleksi diri (self-reflective inquiry).
PTK mensyaratkan guru mengumpulkan data dari praktiknya sendiri melalui refleksi. Guru mencoba merenungkan dan mengingat kembali apa yang telah dilakukan dalam program pembelajarannya dan apa dampak yang diakibatkannya dari tindakan yang dilakukan tersebut dan mengapa dampaknya seperti itu. Guru mencoba untuk mengkaji kelebihan dan kelemahannya dalam bertindak. Kelebihannya dipertahankan bila perlu ditingkatkan dan kekurangan inilah yang menjadi sumber inspirasi dalam PTK. Jadi sumber permasalahan berasal dari praktik pembelajaran di kelas dan diseelsaikan juga oleh guru yang berperan sebagai guru sekaligus peneliti. 

c. Fokus penelitian adalah kegiatan pembelajaran.
Kegiatan PTK dilaksanakan dalam kelas sehingga fokus penelitian adalah kegiatan pembelajaran berupa perilaku guru dan siswa dalam melakukan interaksi. Namun perlu disadari tidak semua permasalahan kelas memerlukan kegiatan PTK sebagai solusi. Sehingga perlu analisis kelayakan masalah penelitian. 

d. Bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran (problem-solving).
Tujuan utama PTK adalah untuk memperbaiki pembelajaran. Dan
sekaligus tujuan ini merupakan pembeda utama antara PTK dengan penelitian eksperimental. dalam PTK kalau belum terjadi peningkatan sesuai dengan yang ditetapkan dalam indikator kinerja maka penelitian belum dikatakan berhasil atau selesai. Perbaikan dilakukan secara bertahap (siklusistis) dan terus menerus sampai adanya perbaikan yang diinginkan. 

5. PTK dan Penelitian Kelas Non-PTK 

PTK sering disalahkaprahkan dengan Penelitian Eksperimen karena samasama memberikan perlakuan (treatment) pada peserta didik. Perbedaan yang mendasar antara PTK dan Penelitian Eksperimen terletak pada tujuan yang ingin dicapai. Penelitian Eksperimen bertujuan untuk menguji tindakan, sedangkan PTK bertujuan untuk menyelesaikan masalah pembelajaran.
Penelitian Eksperimen mengenal istilah populasi dan sampel, sedangkan PTK, karena bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan dalam konteks tertentu dan terbatas, tidak ada istilah populasi dan sampel, tetapi digunakan istilah ‘subyek penelitian’. Karena prosedur itu, maka hasil penelitian 
Eksperimen dapat digeneralisasi dari sampel ke populasi, sedangkan hasil PTK hanya berlaku untuk kelas yang dikaji saja, kecuali kelas lain memiliki karakteristiks yang hampir sama dengan kelas yang diteliti. Secara details, perbedaan antara PTK dan Penelitian Kelas non-PTK dijabarkan sebagai berikut:
Perbedaan PTK dan Penelitian Kelas Non-PTK (Wardhani & Wihardit, 2007) 

Perbedaan PTK dan Penelitian Kelas Non-PTK
Perbedaan PTK dan Penelitian Kelas Non-PTK

6. Keterbatasan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 

Beberapa pakar penelitian menganggap PTK sebagai penelitian yang kurang ilmiah. Anggapan ini terutama dikaitkan dengan validitas dan generalisasi hasil PTK. Validitas PTK sebagai karya ilmiah masih sering diragukan. Metodologi yang agak longgar, langkah-langkah pembelajarannya dapat berubah di tengah-tengah berlangsungnya PTK masih menimbulkan keraguan walaupun peneliti dengan kolaboratornya telah berusaha untuk mempertahankan keobjektifannya. Kecurigaan lain terkait dengan validitas ini adalah keraguan akan kejujuran peneliti dalam mengumpulkan data. Selain validitas, yang banyak disorot dalam PTK adalah masalah generalisasi hasil penelitian. Berbeda dengan penelitian eksperimen yang sampelnya merupakan representasi dari populasi sehingga hasil yang diperoleh dalam sampel akan berlaku untuk populasi. PTK hanya mengkaji kasus pada kelas tertentu maka apa yang dihasilkan belum tentu berlaku untuk kelas lain, kecuali kelas tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan subyek PTK.

Sumber:
GURU PEMBELAJAR MODUL MATEMATIKA SMA KELOMPOK KOMPETENSI C PEDAGOGIK
Oleh Drs. Baedowi, M.Si dan Sumaryanta; M. Pd.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Iklan

Tag Terpopuler